Rabu, 27 Juli 2011

Rindu kedamaian malam

Rindu kedamaian malam

Malam tanpa bintang
Bulan pun tak kelihatan
Mendung menebar penuh kepuasan
Malam menangis dengan kesedihan

Aku rindu kedamaian, ketenangan
keindahan dan kebahagiaan
Bersamamu malam

28-11-07

Kegelisahan

Tak pernah ku temui
Arti hidup yang aku jalani
Akankah aku lalui dengan senyum keiklasan
Ataukah hanya sinis kebencian
Dan keputus asaan

Tuhan!
Matikan aku dalam ridho-Mu
Agar jiwaku tenang selalu

28-11-07

Gelisah Gerimis

Gemercik rintik gerimis mengusik detik
Tabuhan mata air hujan pada genting membuatku risih
Tarian dansa nyamuk-nyamuk kecil menambah kesal
Jiwa tersengal
Hati menggumpal
Batin terpental
Oleh setan yang duduk di atas kepala
29-11-07
Angin mendesih pelan
Nyamuk mendenging senang
Jangkrik mengerik ria
Tarian dedaunan nan indah menyambut hari
Bulan perlahan menyingkir
Bintang berlalu
Malampun semakin layu
Pagi dating merayu

11-12-07

Malamku dingin
Malamku sepi
Aku bersama rintik gerimis
Aku berkawan angin lembut nan manja

Ku lihat laron-laron terbang mengitari lampu
Sayapmu yang rapuh tertampar angin
Terjatuh dan mati

Nasibmu malang
Umurmu sebentar
Aku jadi kasihan denganmu laron-laron kecil

11-12-07

Jam mendelik, menit mengusik, detik menghantam
Hari berlari, minggu berlalu, bulan berucap
“Selamat tinggal” tahun beranjak melangkah
Tak terasa usia bertambah
Aku tak akan memberimu hadiah
Tapi hanya do’a
Semoga kamu bertambah dewasa
Dan hidupmu semakin berarti

11-12-07

Hujan mengguyur alam
Air semilir memenuhi sungai
Dedaunan menari rindukan matahari
Awan gelap yang kejam menghadang kasih saying matahari
Alamku menjadi sunyi

27-11-07

Terbakar sepi tercakar sunyi
Terpatuk benci terkoyak asa
Tergores sesal
Hidup yang selalu gelap
Membuatku semakin liar dalam kebosanan
Kebodohan yang menjerat
Membuatku hanyut dalam keputus asaan
Aku adalah sesal

27-11-07

Aku nikmati mimpi yang tak menentu
Dengan senyum ragu-ragu
Apa aku harus menyerah?
Pada hisup yang tak pernah ku temui kepuasannya
Dunia yang seperti neraka
Dengan sejuta panas murkanya
Memanggang jiwa kecil yang tinggal tulang
Hingga berwujud abu penyesalan

02-01-08

Aku terlena oleh kebodohan
Aku terbuai oleh ketakutan
Aku tak bisa bernyanyi lagi
Aku tak mampu menggapai sejuta mimpi-mimpi yang aku miliki
Aku menyesal
Aku kecewa dengan semua ini
Dengan kenyataan yang aku hadapi
Aku ingin pergi dari sini
Dari tempat yang tak ku harap lagi
Dari luka perih yang membekas dalam hati
yang penuh penyesalan

Tapi apa yang dapat aku lakukan
Aku kelelahan
Aku tersesat tanpa tujuan
Aku bosan, bosan dan bosan

Tuhan!
Tunjukkan keadilan-Mu

02-01-08

Aku senang bisa Bantu sesame
Walau cuma setetes keringat
Walau hanya sedikit senyum
Paling tidak aku sudah merasakan perih luka mereka
Aku sadar memang meraka saudara yang sedang terluka
Oleh alam yang tak lagi bersahabat dengannya
Oleh salah segelintir manusia yang gila
Gila akan kemewahan
dan kenikmatan dunia yang hanya sementara

02-01-08

Isi kepala dibalik rambut yang rata
Tersusun rencana tanpa henti dan tak rapi
Tercoret satu demi satu
Tinta merah dan hitam

Hari tanpa mau peduli terus melaju
Kurangi umur dengan santai tapi pasti
Perlahan bergulir penuh semangat
Waktu yang tak mengenalku

Matilah saat ajal menjemput
Ku tunggu sampai kapan pun

12-01-09

Sedih, Iri

Merangkap mata menatap layar
Kaca berkaca terhalang cahaya
Menetes air mata tanpa rupa
Hanya gumpalan kekosongan

Sedih ratap bercampur iri
Menatap tanpa henti nasib diri
Kembali menatap diri dalam cermin
Kehidupan yang tak kenal puas ini
Ku coba melawan tanpa henti
Dengan kekuatan hati

12-01-09




By : Teater Mbureng.

0 Coment:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More